Rangkuman Milis Sehat

Tanpa bermaksud mengungguli websitenya Dr. Wati maupun milis Sehat, ini hanya bermaksud merangkum semua informasi kesehatan yang pernah diposting di Milis Sehat. Terima kasih tidak terhingga untuk Dr. Wati atas usahanya mencerdaskan para orang tua agar lebih pintar dalam menghadapi anak sakit dan bijaksana terhadap penggunaan obat.

Wednesday, September 14, 2005

Diare, Muntah dan Dehidrasi

Masih dari tulisannya Dr. Purnamawati SpaK.
Sangat bermanfaat ketika anak diare atau muntah, biar enggak kayak pengalamanku waktu Audrey kecil, dikit-dikit kasih obat, padahal enggak perlu malah membuat tubuhnya mendapatkan zat kimia yang berbahaya :-(
Diare

Diare adalah gangguan pencernaan yang biasa dialami oleh semua orang, termasuk anak-anak. Diare adalah keluarnya feses yang berair. Diare juga berarti makin seringnya frekuensi buang air besar. Diare dapat disebabkan infeksi oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, ataupun parasit. Penyebab lainnya adalah konsumsi obat-obatan, terutama antibiotik, dan pemakaian pemanis buatan.

Diare biasanya akan berlangsung dalam 1 minggu (3 hingga 6 hari) kemudian akan sembuh sendiri. Diare kronik berlangsung lebih lama daripada diare akut. Dan biasanya merupakan petanda terdapat gangguan kesehatan yang lebih serius seperti infeksi kronik, absorpsi zat gizi yang tidak baik dan maksimal (malaabsorpsi) ataupun disebabkan oleh penyakit yang disebut Irritable Bowel Syndrome.

Anak dengan diare yang disebabkan oleh infeksi biasanya didahului dengan gejala demam dan muntah. Setelah itu baru timbul diare. Biasanya anak akan merasa “tidak enak” tapi tidak merasa sakit. Infeksi oleh bakteri ataupun parasit biasanya menyebabkan fesesnya bercampur darah.


Penyebab Diare

Normalnya, makanan dan minuman yang kita cerna akan terdapat dalam bentuk cairan selama proses pencernaan. Ketika melewati usus besar, sebagian besar cairan akan diserap sehingga menyebabkan konsistensi feses menjadi agak padat. Pada keadaan diare, makanan dan minuman yang kita cerna melewati usus besar terlalu cepat ataupun terlalu banyak. Sehingga sebagian besar cairan tidak dapat diserap. Hal tersebut juga dapat disebabkan apabila lapisan mukosa yang menyelimuti usus besar mengalami inflamasi (radang) ataupun mengalami proses patologis (kelainan).

Penyebab paling sering diare antara lain:

§ Virus.
Penyebab paling sering pada anak adalah Rotavirus dan Adenovirus. Biasanya tertular akibat kontak langsung.
§ Bakteri.
Penyebab paling sering antara lain Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli. Biasanya tertular dari makanan ataupun minuman yang terkontaminasi bakteri. Beberapa bakteri menghasilkan zat toksin yang menyebabkan sel usus halus memproduksi cairan melebihi kemampuan usus besar untuk menyerap cairan, keadaaan tersebut yang menyebabkan terjadinya diare.
§ Parasit.
Antara lain Giardia lamblia dan Cryptosporidium. Biasanya tertular dari makanan ataupun minuman yang terkontaminasi parasit.

Laktosa, salah satu jenis gula yang terdapat dalam susu atupun produk yang terbuat dari susu juga dapat menyebabkan diare pada beberapa orang (Intoleransi laktosa).

Diare juga dapat terjadi akibat efek samping obat-obatan yang dikonsumsi, terutama antibiotik. Hal tersebut terjadi karena antibiotik dapat mengganggu keseimbangan alamiah bakteri yang terdapat di usus halus.


Tata Laksana Diare dan Dehidrasi
Untuk anak yang menderita diare ringan, pemberian makanan maupun susu dapat diteruskan seperti biasa. Pemberian ASI harus diteruskan. Jika anak terlihat kembung ataupun sering flatus setelah minum susu sapi ataupun susu formula, segera berkonsultasi dengan DSA untuk mengubah pola makan sementara waktu. Cairan khusus tidak diperlukan untuk anak dengan sakit ringan.

Untuk anak dengan diare moderat masih dapat dirawat di rumah dengan observasi ketat, pemberian cairan khusus, dan konsultasi DSA. DSA akan merekomendasikan jumlah dan lamanya penggunaan cairan khusus yang diperlukan. Nantinya anak dapat kembali memulai pola makannya seperti biasa lagi. Beberapa anak yang sedang menderita diare tidak dapa mentoleransi susu sapi sehingga DSA menganjurkan untuk menghentikan sementara pemberiannya. Pemberian ASI terus diberikan.

Berbagai cairan khusus telah dibuat untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit selama terjadinya diare. Cairan tersebut sangat membantu dalam tata laksana diare. Jangan berusaha untuk membuat cairan khusus tersebut sendiri oleh karena komposisi bahannya yang agak rumit, sehingga pada akhirnya justru dapat membahayakan anak. Cairan khusus yang ada saat ini antara lain:

§ Pedialyte (Ross laboratories).
§ Infalyte (Mead Johnson nutritionals).
§ ReVital (PTS Labs).

Selain itu masih banyak cairan khusus lainnya termasuk yang generik.

Jika anak tidak muntah, pemberian cairan khusus dapat diberikan hingga frekuensi buang air kecil anak normal kembali.

Jika anak mengalami diare berat, cairan pengganti mungkin diberikan melalui selang infus di ruang gawat darurat selama beberpa jam untuk memperbaiki keadaan dehidrasi. Biasanya tidak diperlukan perawatan di rumah sakit.

Pemberian antibiotik tidak akan menyembuhkan diare yang disebabkan oleh virus yang merupakan penyebab tersering terjadinya diare.

Selama penyakit ini berjalan secara alamiah berikut beberapa hal yang harus dan yang tidak boleh dilakukan.

Harus dilakukan:

§ Memperhatikan apakah terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti, berkurangnya frekuensi buang air kecil, tidak ada air mata saat menangis, demam tinggi, mulut kering, berat badan turun, anak terlihat sangat kehausan,lesu tidak bergairah, kelopak mata cekung.
§ Beritahu DSA jika ada perubahan signifikan yang terjadi.
§ Laporkan DSA jika terdapat darah pada fesesnya ataupun demam tinggi (lebih dari 1020F/390C).
§ Teruskan pemberian makan seperti biasa jika anak tidak muntah. Namun berikanlah dalam jumlah yang lebih sedikit ataupun berikan makanan yang tidak membuat perut anak merasa tidak enak.
§ Berikan cairan pengganti khusus jika anak haus.


Tidak boleh dilakukan:

§ Membuat sendiri cairan pengganti di rumah tanpa informasi yang benar dan tepat dari DSA.
§ Tidak memberikan anak makan saat lapar.
§ Memberikan susu yang direbus, ataupun kaldu daging maupun sup yang asin.
§ Memberikan obat-obat “anti-diare”, kecuali memang diresepkan oleh DSA.


Konsulatasi DSA

Orang tua harus segera berkonsultasi dengan DSA apabila anak berusia kurang dari 6 bulan atau memiliki gejala-gejala:

§ Diare berlangsung lebih dari 1 minggu.
§ Terdapat darah pada fesesnya.
§ Muntah yang sering.
§ Nyeri perut.
§ Demam tinggi.
§ Terlihat sangat lemah.
§ Tanda-tanda dehidrasi, seperti:
Ù Frekuensi buang air kecil berkurang (kurang dari 6 popok/hari).
Ù Tidak ada air mata ketika menangis.
Ù Tidak mau minum.
Ù Mulut kering.
Ù Berat badan turun.
Ù Terlihat sangat kehausan.
Ù Terlihat mengantuk dan tidak responsif.

Sedangkan orang tua tidak perlu terburu-buru berkonsultasi dengan DSA jika anak terlihat baik-baik saja meskipun disertai dengan gejala-gejala:

§ Frekuensi buang air besar yang sering ddan dengan feses yang banyak.
§ Sering flatus.
§ Feses berwarna kuning ataupun hijau.


Diagnosis Diare

DSA akan menanyakan beberapa hal mengani gejala-gejala yang terjadi dan menentukan apakah telah terjadi dehidrasi. Beritahukan DSA obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk obat yang dibeli bebas.

DSA kemudian akan melakukan pemeriksaan perut untuk melokalisasi nyeri yang dirasakan, mendengarkan suara perut (bising usus) dengan menggunakan stetoskop, dan melakukan pemeriksaan melalui anus jika diperlukan. Jika diarenya berat ataupun telah kronik, biasanya akan dilakukan pemeriksaan feses.


Pencegahan Diare

Beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare, antara lain:

§ Mencuci tangan.
§ Gunakan produk terbuat dari susu yang telah dipasteurisasi untuk membunuh bakteri.
§ Jangan biarkan makanan pada suhu ruangan oleh karena dapat merangsang pertumbuhan bakteri.
§ Masaklah makanan dan air minuman hingga matang.


Muntah

Pada anak-anak, muntah biasanya terjadi karena berbagai rangsangan, antara lain, sakit, menelan bahan toksik, ataupun stres emosional akibat tekanan di lingkungan sekolah maupun rumah.

Muntah yang hanya terjadi satu kali tidak perlu dikhawatirkan. Sedangkan muntah yang berlangsung berulang kali dapat merupakan petanda bahwa anak memerlukan bantuan medis. Terutama apabila disertai dengan gejala-gejala seperti nyeri perut, demam, ataupun sakit kepala.


Segera berkonsiltasi dengan DSA apabila muntah yang terjadi disertai dengan gejala-gejala:

§ Nyeri perut.
§ Terdapat darah ataupun cairan empedu (berwarna hijau) pada muntah.
§ Anak terlihat linglung, apatis, dan menjadi cengeng.
§ Telah mengalami diare lebih dari 12 jam.
§ Terdapat tanda-tanda dehidrasi.
§ Selalu muntah setiap sehabis diberi makan dalam 12 jam terakhir.


Tata Laksana Muntah

Muntah biasa terjadi pada anak dan sering membuat rasa tidak nyaman. Walaupun begitu, biasanya mintah yang terjadi tidak berbahaya dan segera berakhir. Selama muntah, harus diperhatikan jangan sampai terjadi dehidrasi akibat kehilangan cairan, terutama apabila disertai dengan gejala demam dan diare. Biasanya anak tidak akan napsu makan, maka teruslah mendorong anak untuk selalu minum. Biarkan anak memilih minuman yang disukainya. Hindari pemberian minuman yang kadar gula dan kafeinnya tinggi karena justru akan membuat anak menjadi sering buang air kecil dan memperburuk terjadinya kehilangan cairan.

Ketika muntahnya telah berhenti selama beberapa jam dan tidak terjadi lagi kehilangan cairan, mulailah memberinya makanan yang ia suka. Beberapa pilihan antara lain roti panngang, bubur gandum, pisang, saus apel, ataupun telur rebus. Sebaiknya jangan berikan makanan yang terbuat dari susu maupun makanan yang mengadung serat tidak larut dalam air seperti sayuran dan buah berserat, serta sereal kulit padi hingga perut anak terasa sudah lebih nyaman. Segera berikan pola makan seperti biasa kembali jika keadaan anak sudah membaik.

Tuesday, August 30, 2005

Antibiotik ? Siapa Takut ?

by Dr. Purnamawati SpAK MMPed
Mungkin begitulah kira2 pikiran kebanyakan pasien Indonesia ketika diberi resep oleh dokternya ketika berobat...karena sudah seringnya diberi AB, kita langsung aja meminumnya tanpa mempertanyakan dahulu apakah benar kita perlu AB? Lalu kapan sih kita perlu dan kapan tidak? Summary ini membahas dengan singkat apa itu AB dan beberapa topik yang berhubungan.....
Apa itu AB?
AB ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929 dan digunakan untuk membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudian dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita.
AB ada yang merupakan :
1. produk alami,
2. semi sintetik, berasal dari alam dibuat dengan beberapa perubahan agar lebih kuat, mengurangi efek samping atau untuk memperluas jenis bakteri yang dapat dibunuh,
3. full sintetik.
Jenis AB:
1. Narrow spectrum, berguna untuk membunuh jenis2 bakteri secara spesifik. Mungkin kalau di militer bisa disamakan dengan sniper, menembak 1 target dengan tepat. AB yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin dan amoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim).
2. Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri didalam tubuh, atau bisa disamakan dengan bom nuklir. Dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi AB jenis ini, karena more toxic dan juga membunuh jenis bakteri lainnya yang sangat berguna untuk tubuh kita. AB yang termasuk kategori ini adalah cephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef, etc.).
Bakteri Bakteri berdasarkan sifat fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gram positif (+) dan gram negatif (-). Infeksi dibagian atas difragma (dada) umumnya disebabkan oleh bakteri gram (+) sedangkan infeksi dibagian bawah difragma disebabkan oleh bakteri gram (-). Biasanya, infeksi yang disebabkan oleh gram (+) lebih mudah dilawan. Didalam tubuh kita banyak sekali terdapat bakteri, bahkan salah satu kandungan ASI adalah bakteri. Jadi, sebenarnya, kebanyakan bakteri tidaklah "jahat".
Manfaat bakteri diusus kita adalah:
1. bakteri mengubah apa yang kita makan menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. 2. memproduksi vitamin B & K. 3. memperbaiki sel dinding usus yang tua dan sudah rusak. 4. merangsang gerak usus sehingga kita tidak mudah muntah (konstipasi). 5. menghambat berkembang biaknya bakteri jahat dan secara tidak langsung mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.
Sekarang kita tahu manfaatnya, jadi jangan lagi minum AB tanpa alasan yang jelas, karena hal ini akan membunuh bakteri yang baik tersebut. Virus Walaupun sesama mikro-organisme, virus ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bakteri. Mereka berkembang biak dengan mengunakan sel tubuh kita, jadi virus akan mati bila berada diluar tubuh. Catatan penting: virus tidak dapat dibunuh oleh obat dan AB sama sekali tidak bekerja terhadap virus. Virus hanya bisa dibasmi oleh sistem imun atau daya tahan tubuh kita, salah satunya adalah dengan demam. Demam merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh yang bermanfaat untuk membasmi virus, karena virus tidak tahan dengan suhu tubuh yang tinggi. Jadi apabila anak/anda mengalami demam, sebaiknya tidak diobati apabila suhu tubuhnya tidak terlalu tinggi. Untuk petunjuk lebih lanjut, buka e-mail terdahulu yg membahas demam.
When AB doesn't work?
Menurut penelitian, ada 3 kondisi yang umumnya diterapi dengan AB, yaitu 1. Demam, 2. Radang tenggorokan, 3. Diare. Padahal, sebenarnya, penggunaan AB untuk kondisi diatas tidaklah tepat dan tidak berguna.
Dibawah ini petunjuk kapan AB tidak bekerja:
1. Colds & Flu
2. Batuk atau bronchitis
3. Radang tenggorokan
4. Infeksi telinga. Tidak semua infeksi telinga membutuhkan AB.
5. Sinusitis. Pada umumnya tidak membutuhkan AB. Penggunaan AB tidak pada tempatnya dan berlebihan tidak akan menguntungkan, bahkan merugikan dan membahayakan.
When do we need AB?
Dibawah merupakan beberapa jenis infeksi bakteri yang umumnya terjadi dan membutuhkan terapi AB:
1. Infeksi saluran kemih
2. Sebagian infeksi telinga tengah atau biasa disebut otitis media
3. Sinusitis yang berat (berlangsung lebih dari minggu, sakit kepala, pembengkakan di daerah wajah)
4. Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus (umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih sedangkan pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini)
How do I know this is bacterial infection?
Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi. Contohnya apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, lab. mengambil sample urin dan kemudian dikultur, setelah beberapa hari akan ketahuan bila ada infeksi bakteri berikut jenisnya.
Efek Negatif AB Dibawah adalah efek samping yang dialami pemakai apabila mengkonsumsi AB; 1. Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah, mulas) merupakan efek samping yang paling sering terjadi.
2. Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir/kelopak mata, gangguan nafas, dll.
3. Demam (drug fever). AB yang dapat menimbulkan demam bactrim, septrim, sefalsporoin & eritromisin.
4. Gangguan darah. Beberapa AB dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunya kloramfenikol.
5. Kelainan hati. AB yang paling sering menimbulkan efek ini adalah obat TB seperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid).
6. Gangguan fungsi ginjal. Golongan AB yang bisa menimbulkan efek ini adalah aminoglycoside (garamycine, gentamycin intravena), Imipenem/Meropenem dan golongan Ciprofloxacin. Bagi penderita penyakit ginjal, harus hati2 mengkonsumsi AB.
Pemakaian AB tidak pada tempatnya dan berlebihan (irrational) juga dapat menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term), yaitu terhadap kita dan lingkungan sekitar, contohnya:
1. Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur. Kondisi ini disebut juga sebagai "superinfection".
2. Pemberian AB yang berlebihan akan menyebabkan bakteri2 yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resistance terhadap AB, biasa disebut SUPERBUGS. Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan AB yang ringan, apabila ABnya digunakan dengan irrational, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis AB yang lebih kuat. Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar. Lama kelamaan, apabila pemakaian AB yang irrational ini terus berlanjut, maka suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis AB yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuat kita kembali ke zaman sebelum AB ditemukan, dimana infeksi yang diakibatkan oleh bakteri ini tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastis melonjak naik.
Note: Semakin sering mengkonsumsi AB, semakin sering kita sakit. The less you consume AB, the less frequent you get sick.
Inappropriate AB Use
Berjuta2 resep ditulis yang mencantumkan AB untuk infeksi virus, padahal kita semua tahu AB tidak berguna untuk memerangi virus. Ada 3 alasan mengapa apparopriate use of AB ini terjadi, yaitu:
1. Diagnostic uncertainty.
2. Time pressure.
3. Patient Demand."People don't want to miss work or they have a sick child who kept the family up all night and they're willing to try anyhing that might work". It's easier for the physician to give AB than to explain why it might be better not to use it.
Benar, seringkali kitapun sebagai pasien juga berperan didalam AB irrational use ini. Sudah terbentuk persepsi didalam pasien Indonesia, dimana kita beranggapan bahwa kalau pulang dari kunjungan dokter itu harus membawa resep. Malah akan aneh kalau kita tidak pulang dengan membawa resep. Hal ini justru mendorong dokter untuk meresepkan AB ketika tidak diperlukan. Sebaiknya sikap ini sedikit demi sedikit kita hilangkan.
How Can We Help?
1. Rubah sikap kita ketika berkunjung ke dokter dengan menanyakan; Apa penyebab penyakitnya? bukan apa obatnya.
2. Jangan sedikit2 minta dokter untuk meresepkan AB. Jangan mengkonsumsi AB untuk infeksi virus seperti flu/pilek, batuk atau radang tenggorokan. Kalau merasa tidak nyaman akibat infeksi tsb. tanya dokter bagaimana cara meringankan gejalanya, tetapi tidak dengan AB.
3. Tidak mempergunakan Desinfektan dirumah, cukup dengan air dan sabun. Hanya diperlukan bila di rumah ada orang sakit dengan daya tahan tubuh rendah (pasca transplantasi, anak penyakit kronis, pemakaian steroid jangka panjang, dll.).
Battle of the Bugs:
Fighting AB Resistance Masalah bakteri yang kebal terhadap AB (AB resistance) ini telah menjadi masalah global dan sudah sejak beberapa dekade terakhir dunia kedokteran mencanangkan perang terhadap AB resistance ini. Ada petunjuk yang dapat dilakukan untuk perihal pemakaian AB yang rasional, yaitu:
1. Kurangi pemakaian AB, jangan menggunakan AB untuk infeksi virus.
2. Gunakan AB hanya bila benar2 diperlukan dan mulailah dengan AB yang ringan atau narrow spectrum.
3. Untuk infeksi yang ringan (infeksi saluran nafas, telinga atau sinus) yang memang perlu AB, gunakan AB yang bekerja terhadap bakteri gram (+).
4. Untuk infeksi kuman yang berat (infeksi dibawah diafrgma, seperti infeksi ginjal/saluran kemih, apendisitis, tifus, prneumonia, meningitis bakteri) pilih AB yang juga membunuh kuman gram (+).
5. Hindari pemakaian lebih dari satu AB, kecuali TBC atau infeksi berat di rumah sakit.
6. Hindarkan pemakaian salep AB, kecuali untuk infeksi mata.
Rule fo Thumb
Bila anda memperoleh terapi AB, pertanyakanlah hal2 berikut:
1. Why do I need AB?
2. Apa yang dilakukan AB?
3. Apa efek sampingnya?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping?
5. Apakah AB harus diminum pada waktu tertentu, misalnya sebelum atau sesudah makan?
6. Bagaimana bila AB ini dimakan bersamaan dengan obat yang lain?
7. Beritahu pula bila anda mempunyai alergi terhadap suatu obat atau makanan, dll.
Final Message Sebagai konsumen kesehatan yang bertanggung jawab, sebaiknya kita juga berperan aktif dengan cara menggali dan mempelajari pengetahuan dasar ilmu kesehatan. Dengan begitu kita akan menjadi konsumen kesehatan yang smart and critical. So, semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dasar ilmu kesehatan para pembaca.
Tulisan ini dibuat bukan untuk menentang pemakaian AB. Sebaliknya kita harus mengetahui bagaimana pemakaian AB yang benar dan tepat karena justru AB yang irrational akan menyebabkan AB menjadi impotent atau kehilangan manfaatnya. Antibiotics save lives, therefore we also have to save Antibiotics.